Latest topics
Your profile Information Preference Avatar |
Social Friends and foes Member list Groups |
Private messages Inbox Pm sent |
Latest Virus Update
Interview Priska Hermin Leonny dgn Majalah China Town
3 posters
Halaman 1 dari 1
Interview Priska Hermin Leonny dgn Majalah China Town
Petikan Wawancara Redaksi China Town dgn Ibu Priska, akan terbit Bulan Desember ini, Harganya Rp. 15.000,
Cekidotttt....
Cekidotttt....
- Spoiler:
- PRIBADI MEMPESONA: PRISKA HERMIN LEONNY, SS.
Perempuan berusia 38 tahun, bershio babi, dan berputeri dua itu punya pandangan jauh ke depan. Itulah Priska Hermin Leonny, pengajar dan konsultan Bahasa Mandarin, penulis buku teks, pendiri dan sekaligus direktur Lembaga Bahasa Mandarin Sino. Ketika ia lulus dari SMA 31, Jakarta Timur, Jurusan A4 (bahasa dan budaya) pada 1990, sebenarnya ia kepingin menjadi sarjana hukum. Namun, ibunya, setengah memaksanya untuk belajar Bahasa Mandarin.
Alasan sang ibu sederhana saja. Ia berpendapat perekonomian Indonesia dikuasai oleh golongan etnis Tionghoa dan karena itu di masa depan akan banyak diperlukan orang-orang yang menguasai Bahasa Mndarin. Pikiran sang ibu sungguh tepat dan situasi telah begitu berkembang di luar pemikirannya pada waktu itu. Kini RRC telah menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia dan dunia masa kini sangat tergantung antara lain kepada RRC untuk keluar dari krisis ekonomi global. Dengan munculnya RRC sebagai salah satu adidaya, belajar Bahasa Mandarin telah menjadi tren global.
Atas desakan ibunya itulah akhirnya ia ikut ujian saringan masuk Universitas Indonesia yang pada waktu itu dinamalan SIPENMARU. Seleksinya sangat ketat lantaran dari 900 calon yang ingin menjadi mahasiswa Program Studi Cina (PSC), tak lebih dari 30 yang diterima. Dan, ia masuk ke dalam kelompok mahasiswa Angkatan 1991 PSCUI tersebut. PSC berada dalam lingkungan Fakultas Sastra yang sekarang namanya telah berubah menjadi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB).
“Di sinilah, saya ditempa menjadi seorang Sinolog, yang memiliki wawasan luas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Tiongkok , baik sosial-politik, ekonomi, sejarah, kebudayaan, dan lain-lain. Saya bukan saja mahir berbahasa Mandarin, tetapi juga tahu tentang seluk beluk Negara tersebut,” katanya mengenang. Kurikulum PSC memang disusun untuk mencetak para lulusan yang menguasai Studi Cina sebagai studi wilayah. Artinya, di samping menguasai bahasa, para lulusannya dituntut untuk tahu tentang sejarah, kesusastraan, politik, sosial, budaya, hubungan internasional, dan bidang-bidang lain dari negara itu.
Kuliahnya berjalan mulus dan lulus sebagai Sarjana Sastra dengan predikat Sinolog (ahli bahasa dan kebudayaan Tiongkok) pada 1995. Dengan nilai baik yang disandangnya ia mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi di Beijing Culture and Language University (Beijing Yuyan Wenhua Daxue), Beijing, selama dua tahun. Sambil belajar sebagai mahasiswa, ia juga menjadi koresponden Majalah Gatra. “Pengetahuan tentang Tiongkok yang saya peroleh selama kuliah di Fakultas Sastra UI sangat membantu saya untuk mampu beradaptasi dan berbaur dengan masyarakat Tionghoa di sana, yang pada waktu itu masih kurang bersahabat terhadap orang asing,” katanya.
Ia kembali ke Jakarta pada pertengahan bulan Juli 1998 tak lama setelah kerusuhan Mei. Sekembalinya di Jakarta, Priska yang berdarah setengah Tionghoa setengan Manado itu pernah bekerja pada Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) Taiwan. Di sinilah ia berkenalan dengan dunia pendidikan, yakni menjadi guru bahasa Mandarin untuk para calon Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang akan bekerja di Taiwan. Ia terpaksa membuat bahan ajar
sendiri sesuai kebutuhan mereka. Setelah enam tahun bekerja, perusahaan itu bangkrut karena banyaknya kasus TKW yang kabur dari majikannya. Akhirnya, oleh Dinas Tenaga Kerja Indonesia, pengiriman TKW dan TKI ke Taiwan ditutup untuk sementara waktu guna melakukan perbaikan sistem.
Ia pernah mengajar Bahasa Mandarn di beberapa universitas di Jakarta seperti Universitas Darma Persada, Universitas Bunda Mulia, Universitas BINUS, Akademi Pariwisata Trisakti. Bahkan pernah menjadi trainer Bahasa Mandarin pada Kedutaan Besar Amerika di Jakarta. Semua tugas itu dilakoninya dengan keceriaan karena kecintaannya terhadap profesi
sebagai guru Bahasa Mandarin.
Sejak itulah guru Bahasa Mandarin yang bersuamikan Stanley Rorong yang ahli barang antik itu mencurahkan seluruh dedikasi, waktu, dan tenaga, pengembangan bahasa Mandarin di Jakarta, khususnya. Ia menjadi pengajar di banyak sekolah dan sampai sekarang masih menjadi dosen bahasa Mandarin. Namun, akunya lagi, selama mengajar ia banyak menemui
kendala dalam hal bahan ajar. Semua buku pelajaran yang beredar di
Indonesia sebagian besar adalah produk Singapura, Malaysia, RRC, atau Taiwan.
Buku-buku tersebut, menurut pendapatnya, memiliki tingkat kesulitan yang tinggi karena diperuntukkan bagi orang Singapura, Malaysia, RRC dan Taiwan yang tentu saja sudah sejak anak-anak sudah menguasai Bahasa Mandarin sebagai bahasa ibu. Padahal,yang diperlukan di sini adalah buku-buku yang membimbing siswa belajar Bahasa Mandarin sebagai bahasa kedua atau bahasa asing.
Sejak itu mulialah ia membuat bahan ajar sendiri untuk siswa Taman Kanak-Kanak sampai SMA, yang kemudian diterbitkan oleh dua penerbit besar (salah satu di antaranya Grasindo) di Jakarta pada tahun 2005 sampai sekarang. Ternyata hanya menulis buku ajar saja, ia merasa kurang puas karena tak mampu mensosialisasikan pengajaran bahasa Mandarin sebagai bahasa asing. Guru-guru Mandarin di sekolah-sekolah masih merasa lebih nyaman memakai produk Singapura. Maklumlah, mereka itu sebagian besar terdiri dari orang-orang tua lulusan sekolah-sekolah Tionghoa pada 1950an dan 1960an dan mendapat pendidikan Bahasa Mandarin sebagai bahasa ibu.
Terpanggil oleh tantangan untuk mempopulerkan pengajaran Bahasa Mandarin sebagai bahasa kedua, pada 5 Oktober 2004, maka dia bersama suami, yang ahli benda kuno mendirikan Lembaga Pendidikan Bahasa Mandarin (LBM) Sino. Visi dan misinya adalah untuk menyebarluaskan bahan ajar dan metode pengajaran bahasa Mandarin di sekolah sebagai bahasa asing, bukan bahasa pertama lagi.
Tahun-tahun ia mengalami begitu banyak penolakan, terutama dari pihak pengelola sekolah, pengurus yayasan, kepala sekolah, dan guru Mandarin mereka. Alasan utamanya, mereka
tidak percaya ada orang Indonesia mampu membuat kurikulum dan bahan ajar bahasa Mandarin untuk sekolah. Tetapi seiring waktu berlalu, keduaya mampu dengan secara berangsur mengubah pandangan itu. Sampai sekarang kurikulum dan buku teks yang disusun ibu guru yang bernama panggilan Nita itu, dijalankan dan dipakai di 28 sekolah swasta ternama di Jakarta dalam bentuk program intrakurikuler. Rencananya,pada 2010 akan memperluas jangkauan ke sekolah-sekolah di Surabaya, Manado dan Makasar. Priska merasa senang karena akhirnya kerja keras dan hasil karyanya dihargai dan diakui oleh masyarakat.
Saat ini LBM Sino dibantu oleh 8 staf karyawan, 40 guru Mandarin dan seorang penutur asli (native speaker) dari RRC. Dia sendirilah yang merancang kurikulum mata pelajaran Bahasa Mandarin untuk sekolah formal, TK – SMA. Baik kurikulum, administrasi, perangkat penilaian, perekrutan dan pelatihan guru Mandarin, semuanya masih dikerjakan olehnya sendiri di bawah bendera LBM Sino, sedangkan pihak sekolah tinggal terima hasilnya saja. Adapun guru-guru LBM Sino terdiri dari para lulusan Sastra China, baik negeri maupun swasta di dalam negeri maupun jebolan RRC/Taiwan. Lembaga berkantor di rumah Priska dan suaminya, dengan alamat Kompleks Jatiwaringin Asri, Jl. Bontang Raya Blok D2/2 Pondok Gede 17411.
Ia berharap di masa depan, semua sekolah di Indonesia memakai hasil karya anak bangsa sendiri, tidak lagi tergantung dengan produk bangsa lain. “Kita sendirilah, dan bukan orang lain yang harusnya lebih tahu kebutuhan dan kemampuan anak-anak kita sendiri, ,” kata guru yang sudah menulis delapan buku teks itu mengakhiri percakapan dengan China Town.
A. Dahana
Re: Interview Priska Hermin Leonny dgn Majalah China Town
disini mana ad thu majalah,,,q diujung dunia...hahahahahaha
fredy- Guru Mandarin LBM Sino
- Posts : 7
Join date : 16.09.09
Age : 37
Location : jakarta
Re: Interview Priska Hermin Leonny dgn Majalah China Town
fredy wrote:disini mana ad thu majalah,,,q diujung dunia...hahahahahaha
ada koq, ntar kl ada gw posting deee disini...
Re: Interview Priska Hermin Leonny dgn Majalah China Town
nita lao shi beliin gratis dunk majalah bisa ??
aping- Guru Mandarin LBM Sino
- Posts : 9
Join date : 12.07.09
Age : 38
Location : Jakarta
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
16/02/11, 08:51 am by yuyu
» Latest Updates
27/12/10, 01:52 pm by floyd
» PELAKSANAAN KBM SEJABODETABEK
15/09/10, 03:39 pm by veilaria
» Website Gelegar-Desain.com
23/03/10, 03:42 pm by erick
» Rundown Acara KBM ke - III LBM SINO (13 Febuari 2010)
09/03/10, 12:36 pm by Naomi_sino
» Rundown Acara KBM ke - III LBM SINO
12/02/10, 09:14 am by erick
» Kompetisi Bahasa Mandarin ke III LBM SINO
08/02/10, 12:14 pm by selvy
» Turut Berduka Cita
05/02/10, 01:55 pm by Naomi_sino
» Denah Lokasi KBM Ke III
02/02/10, 10:32 am by erick